Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pendidikan

Film Tilik Memperlihatkan Adegan Maksiat, Ini Pendapat Saya!

Gambar
Cuplikan Film Tilik (Produksi Ravacana Films) Oleh : Gelar S. Ramdhani Beberapa minggu yang lalu salah seorang senior saya, Pak Ade Bastian beliau seorang pecinta dunia perfilman dan juga seorang akademisi (Dosen Universitas Majalengka) dalam sosial medianya beliau memposting sebuah poster film yang berjudul Tilik produksi tahun 2018. Kemarin saya nonton filmnya di Channel YouTube Ravacana Films. Saya hanya diam, tidak ada ekspresi apapun saat saya menyaksikan film yang berdurasi kurang lebih 32 menit tersebut, meskipun saya diam, hati dan pikiran saya tidak bisa diam, saya marah! sedih! darah saya mendidih melihat film tersebut. Wah kenapa? begini saya jelaskan... Bagi saya melihat sesuatu itu tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja, beda sudut pandang, akan beda penilaian. Saya pernah mendengar sebuah cerita, ada empat orang tuna netra (buta) yang disuruh memegang gajah. Masing-masing tuna netra tersebut disuruh memegang bagian gajah yang berbeda-beda, satu orang megang kaki,

Stop Paksa Anak Kuliah di Kedokteran atau Kedokteran Gigi!

Gambar
Sebaiknya sekolah di Kedokteran atau Kedokteran Gigi sesuai dengan cita-cita, minat, dan bakat (sumber gambar: pendidikankedokteran.net) Oleh: drg. Gelar S. Ramdhani Tidak perlu heran apabila saat ini banyak sekali masyarakat Indonesia yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah kedokteran atau kedokteran gigi. Mungkin salah satu alasannya karena sebagian besar masyarakat kita masih menganggap profesi Dokter dan Dokter Gigi sebagai salah satu profesi yang sangat berkelas, dan (katanya) mudah mendapatkan pekerjaan. Padahal kalau menurut saya, berkelas atau tidaknya seseorang bukan dilihat dari profesinya, melainkan dari budi pekertinya. Profesinya bagus, tapi budi pekertinya jelek, ya tidak ada artinya!. Tidak jarang saya bertemu dengan mahasiswa kedokteran atau kedokteran gigi, yang katanya dipaksa oleh orang tuanya agar mau sekolah di Fakultas Kedokteran (FK) atau Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), padahal dirinya sama sekali tidak ada cita-cita, tidak ada bakat, b

Masih Pantas Guru Digugu dan Ditiru?

Gambar
Jika ilmu adalah cahaya, maka guru adalah lentera (sumber gambar: reed.co.uk) Oleh: Gelar S. Ramdhani Artikel ini saya tulis pada tanggal 25 November 2019 bertepatan dengan Hari Guru Nasional (HGN), dalam artikel ini saya ingin mempertanyakan kepada publik apakah perilaku guru sekarang masih layak untuk kita gugu dan kita tiru? silahkan anda nilai sendiri dengan obyektif. Menurut hemat saya, Indonesia saat ini patut bersyukur karena masih banyak warga negara yang mengabadikan diri sebagai guru. Bahkan tak jarang di lapangan kita menyaksikan perjuangan kawan-kawan guru yang aktif mencerdaskan kehidupan bangsa, tapi perjuangan tersebut terkadang belum sebanding dengan kesejahteraan yang diberikan oleh negara. Dalam artikel ini saya tidak akan terlalu dalam membahas lebih dalam masalah kesejahteraan guru, karena saya bagi pribadi sudah terlalu bosan membaca pembahasan tentang kesejahteraan guru, setiap tahun, setiap Hari Pendidikan Nasional atau Hari Guru Nas

Pesan untuk FPSH HAM Majalengka

Gambar
Bersama teman-teman FPSH HAM kabupaten Majalengka (sumber gambar: koleksi FPSH HAM kabupaten Majalengka) Oleh: Gelar S. Ramdhani "Serasa kembali remaja!" itulah yang saya rasakan ketika saya dapat bersilaturahmi dengan teman-teman dari Forum Pelajar Sadar Hukum dan HAM (FPSH HAM) kabupaten Majalengka, silaturahmi tersebut terlaksana pada hari Sabtu (23 November 2019) di Sukawana Dream Village, Kertajati, Majalengka. Dalam silaturahmi yang singkat tersebut saya bertemu teman-teman dari FPSH HAM kabupaten Majalengka diantaranya Kang Gilang, Kang Ferry, dan Teh Rita. Jujur, saya hanya bisa diam termenung ketika Kang Gilang menjelaskan (dengan penuh semangat) apa itu FPSG HAM? apa saja visi misinya? dan apa saja kegiatannya? dalam hati saya berbicara "Anak muda umur segini aktivitasnya sudah luar biasa, saya dulu usia segini boro-boro mikir Hukum dan HAM, saya mah dulu usia segini lagi kebut-kebutan di jalan raya ckckck....". Satu kalimat dari say