Potensi Kemacetan Lalu Lintas di Majalengka

Kemacetan Lalu Lintas
Kemacetan Lalu Lintas (sumber gambar: rmol.co)
Oleh: Gelar S. Ramdhani
Kemacetan adalah hal yang sangat menakutkan dan sangat merugikan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2016, belasan orang meninggal dunia akibat kemacetan lalu-lintas di Gerbang Tol Brebes Timur, Jawa Tengah1. Selain dari itu kemacetan juga berdampak buruk bagi sosial ekonomi bagi masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Aris (2013) di Kota Malang Jawa Timur, menyebutkan bahwa pengguna kendaraan di Kota Malang, harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp. 14.615/minggu untuk membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) tambahan akibat kemacetan, apabila jumlah mobil di Kota Malang pada tahun 2013 dalah sejumlah 365.753 unit, maka potensi ekonomi yang hilang terbuang sia-sia dalam kemacetan di Kota Malang setiap minggunya sejumlah Rp. 5.363.480.095,00 atau Rp. 21.381.920.380 per bulan2.
Selain berpengaruh terhadap meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat akibat kemacetan, Menurut penelitian yang dilakukan Etty Soesilowati (2008) di Kota Semarang, kemacetan juga dapat menimbulkan polusi udara, tingginya angka kecelakaan, bising, yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi pejalan kaki ataupun pengguna kendaraan3
  • Faktor Penyebab Kemacetan
Menurut Rozari (2015) disebabkan oleh semakin banyaknya volume kendaraan, dan tidak seimbang dengan kapasitas jalan, ditambah kesadaran masyarakat untuk menggunakan transportasi umum masih kurang4.
  • Potensi Kemacetan di Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah sepeda motor di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 84.732.652 unit, sedangkan dua tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 2015 jumlah sepeda motor di Indonesia sudah menembus angka 98.881.267 unit. Artinya dalam kurun waktu dua tahun terjadi penambahan jumlah sepeda motor sebanyak 14.148.165 unit5. Sedangkan untuk data produksi kendaraan bermotor jenis mobil, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan dalam kurun waktu 2016, sejumlah 1.177.797 unit mobil diproduksi6. Angka tersebut bisa kita asumsikan sebagai prediksi jumlah produksi mobil per tahun. Bayangkan saja jika dalam satu tahun mobil diproduksi sebanyak 1.177.797 unit dikali sepuluh tahun maka jumlah mobil di Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun akan bertambah 11.777.970 unit.
Pertumbuhan jumlah kendaraan baik sepeda motor maupun mobil di Indonesia cukup signifikan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akan tetapi pertumbuhan jumlah kendaraan yang signifikan tidak sebanding dengan pertumbuhan ruas jalan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa ruas jalan di Indonesia pada tahun 2013 sepanjang 508.000 Km, kemudian dua tahun kemudian pada tahun 2015 ruas jalan di Indonesia menjadi 523.974 Km, artinya selama dua tahun ruas jalan hanya mengalami peningkatan 15.974 Km7. Hal tersebut dengan catatan, bahwa pelebaran atau peningkatan ruas jalan di daerah perkotaan yang sering mengalamai kemacetan, tidak mudah.
Sedangkan untuk variable lain, yaitu proyeksi peningkatan jumlah penduduk Indonesia pada masa yang akan datang. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2035 penduduk Indonesia diproyeksikan sebanyak 305.652.400 jiwa, dan untuk penduduk pulau Jawa pada tahun 2035 diproyeksikan sebanyak 167.325.600 jiwa8. Jika kita asumsikan proyeksi jumlah penduduk Indonesia adalah 305.652.400 : 2 (50%) = 152.826.200 jiwa. Sedangkan proyeksi penduduk pulau Jawa adalah 167.325.600 jiwa. Maka dapat kita proyeksikan bahwa lebih dari 50% penduduk Indonesia akan tinggal di pulau Jawa.
  • Solusi Mengatasi Kemacetan
Prof. Ir. Ade Sjafruddin, M.Sc., Ph.D. Guru Besar Rekayasa Transportasi, Fakultas Teknologi Sipil dan Kelautan, Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam sebuah artikel ilmiah menyebutkan bahwa secara teknis, peningkatan penggunaan angkutan umum dapat menjadi solusi kunci permasalahan kemacetan9.
  • Potensi Kemacetan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka
Pada bulan Mei 2018, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meresmikan Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Penulis menilai hadirnya bandara di Kabupaten Majalengka tersebut dapat berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas pada masa yang akan datang.
Pada sekitar bulan November 2017, penulis berkesempatan melakukan diskusi dengan Virda Dimas Ekaputra (Direktur Utama PT. Bandaraudara Internasional Jawa Barat). Salah satu topik diskusi kami yaitu tentang sistem tranportasi darat di Jawa Barat, khususnya transportasi umum dari dan menuju BIJB. Penulis mengingatkan kepada beliau, apabila sistem transportasi darat di Jawa Barat khususnya transportasi umum dari dan menuju BIJB tidak dipikirkan dengan baik, maka kehadiran BIJB akan menjadi salah satu yang memperparah kemacetan lalu lintas di Jawa Barat khususnya di Majalengka.
Harapan penulis dengan hadirnya BIJB dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi masyarakat Jawa Barat khususnya Kabupaten Majalengka, tetapi pergerakan ekonomi tersebut tidak menimbulkan dampak kemacetan bagi kondisi lalu lintas. Maka dari itu penulis menawarkan sebuah ide atau gagasan tentang “Bagaimana strategi mencegah kemacetan di Jawa Barat?”
Apabila para pembaca semuanya ingin mengetahui ide atau gagasan yang penulis tawarkan untuk mencegah kemacetan di Jawa Barat, bisa klik disini untuk mengunduh (download)

Referensi
[1] https://news.detik.com/berita/3248673/12-orang-meninggal-dunia-akibat-terjebak-macet-horor-di-brebes diakses 2 Nopember 2017
[2] Aris, Azhar., Khusnul Ashar. 2013. Analisa Dampak Sosial Ekonomi Pengguna Jalan Akibat Kemacetan Lalu Lintas. Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas Brawijaya Malang
[3] Soesilowati, Etty. 2008. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Terhadap Kemacetan Lalu Lintas di Wilayah Pinggiran dan Kebijakan yang Ditempuhnya. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan vol. 1. Semarang: Universitas Negeri Semarang
[4] Rozari, Aloisius de. Yudi Hari Wibowo. 2015. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Utama Kota Surabaya. Jurnal Penelitian Administrasi Publik. Surabaya: Universitas 17 Agustus Surabaya
[5] Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id diakses 2 Nopember 2017
[6] Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) diakses dari http://www.gaikindo.or.id  diakses 2 Nopember 2017
[7] Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id diakses 2 Nopember 2017
[8] Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id diakses 2 Nopember 2017
[9] https://www.itb.ac.id/news/3899.xhtml diakses 2 Nopember 2017

Simak pula tulisan Gelar S. Ramdhani lainnya klik disini
Apakah anda ingin mengetahui profil penulis tulisan ini? klik disini

Tulisan paling populer

Klasifikasi Maloklusi Angle dan Dewey

Klasifikasi Karies Menurut GV Black

Rekomendasi Bus dari Jakarta ke Majalengka