Musim Kemarau Ancaman Serius Bagi Majalengka

Kemarau panjang menyebabkan kekeringan (sumber gambar: garudanews.id)

Oleh: Gelar S. Ramdhani

Hari ini adalah hari Rabu, 20 November 2019. Desa Banjaran (desa tempat saya tinggal) dan juga sebagian besar desa lainnya di kabupaten Majalengka, belum juga memasuki musim hujan, walapun beberapa hari kebelakang sempat turun hujan, tapi hujan yang turun belum begitu lebat, dan mungkin hanya sekali dalam seminggu jadi dampak positifnya belum dirasakan oleh masyarakat.

Boleh dibilang musim kemarau tahun 2019 ini adalah musim kemarau panjang yang dirasakan oleh penduduk kabupaten Majalengka. Sering saya main ke daerah kabupaten Majalengka bagian utara seperti ke kecamatan Majalengka, Panyingkiran, Kadipaten, Dawuan, Kasokandel, Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Jatiwangi, Sumberjaya, dan sekitarnya lahan pertanian disana sebagian besar mengalami kekeringan yang begitu hebat, mayoritas petani tidak bisa menggarap sawah karena sulit air. Selain itu masyarakat mulai kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Air sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup, mulai dari tumbuhan, hewan, apalagi kita sebagai manusia. Seperti yang kita ketahui dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) waktu kita SD bahwa manusia agar bisa hidup normal (sehat) membutuhkan asupan air minum yang cukup, untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, memasak, buang air, dan mencuci juga butuh air yang cukup dan berkualitas.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada tahun 2018, disebutkan bahwa pada tahun 2017 di kabupaten Majalengka ada sekitar 133.629 orang yang bekerja pada bidang Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan. Kita semua tahu bahwa bidang pekerjaan tersebut sangat membutuhkan air agar dapat berjalan dengan baik.

Mari kita membayangkan, misalnya dalam satu desa ada 10 kepala keluarga yang sumber pendapatannya hanya mengandalkan pertanian saja, tidak ada sumber pendapatan lain. Desa yang kita bayangkan tersebut berada di daerah rawan kekeringan saat musim kemarau, otomatis lahan pertanian keluarga tersebut juga beresiko mengalami kekeringan, tidak ada sumber air sama sekali. Pertanyaan saya sangat sederhana, ketika memasuki musim kemarau panjang seperti tahun 2019 ini, keluarga tersebut mendapatkan penghasilan dari mana?

Saya pernah ngobrol dengan salah seorang petani di salah satu kecamatan di utara Majalengka, yang mana lahan pertaniannya berada di daerah rawan kekeringan. Menurut petani yang saya ajak ngobrol tersebut agar keluarganya bertahan hidup selama musim kemarau biasanya menabung saat musim panen, baik dalam bentuk uang atau bentuk hasil tani (misal: padi atau gabah kering). Tapi kalau persediaan tabungan tidak mencukupi karena sesuatu hal, misalnya prediksi awal musim hujan tidak sesuai perkiraan, akibatnya awal musim tanam diundur, maka tak jarang pinjam uang atau jual barang adalah jalan terakhir untuk bertahan hidup.

Menurut saya permasalahan petani di kabupaten Majalengka cukup beragam, mulai dari modal awal musim tanam, tingginya harga pupuk, tidak jelasnya harga jual, susahnya tenaga kerja pertanian, termasuk masalah musim hujan dan kemarau.

Hal seperti ini tidak bisa kita anggap biasa, karena urusan pendapatan (ekonomi) menyangkut kelangsungan hidup manusia. Masalah pangan juga tidak bisa dianggap enténg karena saya sering mengatakan bahwa populasi penduduk dunia hari ini (termasuk jumlah penduduk Majalengka) semakin hari semakin meningkat, jumlah penduduk semakin banyak. Artinya ketika jumlah penduduk semakin meningkat maka kebutuhan pangan (makanan) juga akan semakin meningkat, karena setiap manusia butuh makan.

Kedepan pemerintah bersama dengan masyarakat harus lebih serius berusaha meningkatkan produktivitas pertanian lokal (bukan impor), termasuk mencarikan solusi yang bersifat sistemik agar pada saat memasuki musim kemarau panjang petani di daerah rawan kekeringan masih tetap bisa bercocok tanam menghasilkan pangan.

Referensi:
----------, 2018., Badan Pusat Statistik: Majalengka Dalam Angka 2018. BPS: Majalengka 

Simak pula tulisan Gelar S. Ramdhani lainnya klik disini
Apakah anda ingin mengetahui profil penulis tulisan ini? klik disini

Komentar

Tulisan paling populer

Rekomendasi Bus dari Jakarta ke Majalengka

Klasifikasi Maloklusi Angle dan Dewey

Klasifikasi Karies Menurut GV Black