Kunci Sukses Perantau asal Majalengka


perantau asli majalengka
Dadang Iskandar, salah satu
perantau asli Majalengka, di Sumatera Barat
(sumber gambar: koleksi pribadi)

Oleh: Gelar S. Ramdhani

Sebagai putera daerah asli Majalengka, saya kurang setuju jika ada yang beranggapan bahwa urang Majalengka hanya "jago kandang". Kenapa saya kurang setuju? saya meninggalkan kabupaten Majalengka (merantau atau ngumbara) sejak tahun 2009, atau lebih tepatnya setelah saya lulus dari SMA Negeri 1 Maja, Majalengka. Selama saya merantau, di perantauan saya sering bertemu dengan orang Majalengka. Begitu juga ketika saya sedang melakukan perjalanan ke luar kota atau bahkan ke luar negeri, tak jarang saya bertemu dengan perantau asli Majalengka.

Rata-rata orang Majalengka di perantauan berkiprah dalam berbagai bidang mulai menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), anggota TNI/Polri, pegawai BUMN, pelajar, mahasiswa, profesional, karyawan swasta, buruh, hingga tak sedikit yang sukses dalam dunia bisnis (pengusaha).
Jati Diri urang Majalengka
Sejauh yang saya perhatikan selama ini, urang Majalengka di perantauan rata-rata jarang melupakan purwadaksi atau semacam nilai-nilai jati diri kultural masyarakat Majalengka. Seperti:
  • Logat/dialek bicara urang Majalengka yang sangat khas, 
  • Kebiasaan ngariung ngobrol sambil ngopi
  • Bercanda renyah khas urang Sunda
  • Mempertahankan filosofi hidup urang Sunda, yaitu silih asah, silih asih, dan silih asuh
Salah satu contohnya adalah Dadang Iskandar, seorang perwira atau inspektur kepolisian asal Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka, yang sudah mengabdikan diri sejak tahun 1992 sampai sekarang ini tahun 2018. sebagai anggota Polri, di wilayah Polda Sumatera Barat.

Beliau sudah lama merantau meninggalkan Majalengka, tapi jati dirinya sebagai urang Sunda atau urang Majalengka, masih sangat melakat dalam diri beliau. Dalam sebuah kesempatan saya sedang berdua dengan beliau, ketika itu kami berdua naik mobil, kebetulan beliau yang mengendarainya, dan saya duduk disamping beliau. Tiba-tiba beliau langsung berhenti dan menepi, saya kaget! ada apa ini?

AKP Dadang Iskandar Polisi Asal Majalengka Jawa Barat
Silih asah, silih asih, silih asuh
adalah nilai kehidupan urang Sunda
(sumber gambar: koleksi pribadi)
Tenyata di depan mobil kami ada seorang nenek yang sudah tua renta, sedang berusaha menyebrang sambil memegang alat bantu jalan. Setelah berhenti dan menepi, dengan segera AKP Dadang Iskandar turun dari mobil, kemudian menghampiri nenek tersebut, dan menolong nenek tersebut menyebrang jalan.

Saya perhatikan ketika beliau membantu nenek tersebut, diam-diam saya ambil gambarnya (saya foto), dan saya perhatikan raut muka nenek tersebut sangat bahagia setelah ditolong oleh beliau.

Melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat adalah tugas utama AKP Dadang sebagai anggota Polri, tetapi ketika beliau membantu nenek tersebut bagi saya lebih dari sekedar menjalankan tugas kepolisian. Tapi beliau juga sedang menjalankan filosofi hidupnya sebagai urang Majalengka yang menjunjung tinggi prinsip silih asah, silih asih, dan silih asuh.
Kunci sukses urang Majalengka di perantauan
Tahun 2009 saat saya akan pergi merantau, orang tua saya, dan keluarga besar saya, memberikan nasehat kepada saya "Sing bisa mihapekeun maneh di lembur batur" artinya "Harus bisa menitipkan diri di kampung orang lain". Kalimat tersebut bagi saya lebih dari sekedar nasehat, tapi bisa juga saya anggap sebagai sebuah ukuran kesuksesan seorang perantau di perantauan, seseorang dianggap sukses di perantauan bukan ketika dirinya kaya raya secara harta/materi, tapi seseorang dianggap suskes di perantauan adalah ketika dirinya bisa menitipkan diri, bisa beradaptasi, dan bisa diterima oleh orang lain diperantauan. Buat apa kita kaya raya tapi dibenci dan dimusuhi banyak orang diperantauan? tapi ketika kita pandai menitipkan diri, hal-hal yang bersifat materi atau harta akan mengikuti dengan sendirinya.

Lalu bagaimana agar kita bisa diterima oleh orang lain di perantuan? kuncinya gampang sekali, yaitu terapkan nilai-nilai silih asah, silih asih, silih asuh kepada siapapun di perantauan. Ketika nilai-nilai tersebut berhasil kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari di perantauan, maka orang lain akan menerima kita dengan baik. Itulah kunci sukses sebagai perantau!

Simak pula tulisan Gelar S. Ramdhani lainnya klik disini
Apakah anda ingin mengetahui profil penulis tulisan ini? klik disini
----------------------------------------------
Yuk tonton aneka video
tentang kesehatan gigi dan mulut
dari drg. Gelar S. Ramdhani klik disini

Tulisan paling populer

Rekomendasi Bus dari Jakarta ke Majalengka

Klasifikasi Maloklusi Angle dan Dewey

Klasifikasi Karies Menurut GV Black