Benarkah Sengaja Meng-covid-kan Pasien Rumah Sakit Dapat Untung?

jenazah covid
Petugas sedang menguburkan jenazah
(sumber gambar : pmi.or.id)

Oleh : drg. Gelar S. Ramdhani

Tadi siang (Rabu, 8/1/21) saya bertemu dengan seorang perempuan yang sudah saya kenal sebelumnya (beliau tidak berkenan identitasnya disebutkan), kemudian kami ngobrol seperti biasa. Perempuan tersebut menceritakan kepada saya bahwa dirinya sedang berkabung, Ibu angkatnya baru saja meninggal dunia. Saya turut berduka cita atas meninggalnya beliau.

Dengan mata berkaca-kaca, perempuan tersebut bercerita dan bertanya kepada saya, kurang lebih begini kalimatnya "IBU SAYA MENINGGAL DI-KOPID-KAN OLEH RUMAH SAKIT, PADAHAL HASIL PEMERIKSAAN ATAU TES PCR (SWAB) BELUM KELUAR !!! Bagaimana menurut dokter?"

Saya bertanya balik kepada beliau "Ibu bisa menuduh kalau mendiang ibunda angkat ibu di-kopid-kan oleh Rumah Sakit apa dasar atau apa buktinya?", beliau langsung menjawab "Ibu angkat saya dari rumah cuma gejala tipes, ada sesak nafas sedikit, sampai rumah sakit malah di isolasi, tidak boleh dijenguk, beberapa hari kemudian ibu saya meninggal dunia, dikuburkan dengan protokol COVID-19, padahal sudah jelas hasil SWAB belum keluar!"

Mendengar pendapat tersebut saya tersenyum dan mencoba menjawab dengan bahasa yang sederhana, serta berusaha tetap empati terhadap suasana psikologisnya yang sedang berduka.

Saya tidak mewakili rumah sakit manapun, saya tidak mewakili organisasi profesi apapun, dan saya tidak sedang membela pihak manapun. Begini ibu, sepengetahuan saya penanganan COVID-19 di setiap rumah sakit itu ada standar pelayanan atau ada aturan yang ditetapkan, ibu perlu memahami:
  1. Dokter, perawat, dan lain sebagainya yang ada di rumah sakit, tidak bisa begitu saja menentukan dengan pasti seseorang positif atau negatif COVID-19
  2. Tapi, yang menentukan seseorang positif atau negatif COVID-19 adalah hasil pemeriksaan PCR atau masyarakat mengenalnya TES SWAB
  3. Jadi dokter menyatakan seseorang positif COVID-19 itu berdasarkan hasil pemeriksaan obyektif yang bernama PCR
  4. Kenapa hasil PCR belum keluar tapi pasien sudah dimasukan ke ruangan isolasi? Ketika sebuah rumah sakit menerima pasien dengan gejala-gejala yang mirip atau mengarah ke COVID-19, misal demam, batuk, sesak nafas, dsb. Meskipun belum ada hasil PCR, biasanya tetap dilakukan isolasi. 
  5. Ingat, ketika rumah sakit memasukan pasien ke ruang Isolasi bukan berarti aib, bukan berarti meng-kopid-kan pasien, bukan berarti menyiksa pasien. Justru itu adalah prosedur terbaik sebagai bagian dari upaya pengobatan.
  6. Kenapa ada pasien meninggal dunia dikuburkan dengan protokol COVID-19, padahal hasil SWAB belum keluar? Nahh.... ini sering terjadi salah pengertian di masyarakat. Kita semua perlu paham, bahwa ketika pihak rumah sakit menguburkan jenazah dengan protokol COVID-19 BUKAN BERARTI RUMAH SAKIT SENGAJA MENG-KOPID-KAN PASIEN. Begini... begini.... bisa jadi pasien tersebut sebelum meninggal dunia (atas pertimbangan gejala yang dirasakan pasien) dicurigai terkena COVID-19, kemudian sudah dilakukan pemeriksaan PCR, tapi sebelum hasil PCR keluar, pasien sudah meninggal. Jadi, menurut aturan yang ada jenazah pasien tersebut dikuburkan dengan protokol COVID-19. Tujuannya apa? tidaklah lain untuk mencegah penyebaran COVID-19
  7. Rumah sakit sengaja meng-kopid-kan pasien, biar dapat untung! Benarkah? Menurut saya ini salah besar, anda perlu tahu dan paham bahwa beroperasinya sebuah rumah sakit diatur oleh aturan perundang-undangan yang sangat ketat, begitupun tenaga medis dalam bekerja juga diatur dengan dengan berbagai aturan yang juga sangat ketat, rumah sakit dan tenaga medis tidak bisa sembarangan bekerja. Kemudian menurut saya tidak ada keuntungan apapun bagi rumah sakit ketika sengaja meng-kopid-kan pasien, justru yang ada tenaga medis dan tenaga rumah sakit lainnya kewalahan ketika pasien COVID-19 meningkat tajam, beban kerja semakin berat. Coba anda tanya tenaga medis yang bekerja di garis depan, hati tenaga pikiran mereka sudah lelah dengan kondisi saat ini, ingin COVID-19 segera berakhir, pasien yang sakit ingin segera sembuh, yang positif ingin segera negatif.
Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk masyarakat.

Mari kita patuhi protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah, jangan lupa tingkatkan daya tahan tubuh kita, selalu bahagia, selalu berfikir positif. Kita harus yakin bahwa wabah ini akan segera berakhir.

Simak pula tulisan Gelar S. Ramdhani lainnya klik disini
Apakah anda ingin mengetahui profil penulis tulisan ini? klik disini
----------------------------------------------
Yuk tonton aneka video tentang
kesehatan gigi dan mulut
dari drg. Gelar S. Ramdhani klik disini

Komentar

Posting Komentar

Tulisan paling populer

Rekomendasi Bus dari Jakarta ke Majalengka

Klasifikasi Maloklusi Angle dan Dewey

Klasifikasi Karies Menurut GV Black