Majalengka Tidak Butuh Wisata Pacaran!

Sudah saatnya mendatangkan wisatawan skala besar ke Majalengka (sumber gambar: photomalang.com)

Oleh: Gelar S. Ramdhani

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat kita lihat dan rasakan bersama bahwa pertumbuhan obyek wisata baru di Kabupaten Majalengka bak jamur di musim penghujan. Entah apa yang merasuki warga Majalengka, sehingga berlomba-lomba menciptakan obyek wisata. Misalnya saja di daerah "X" lagi hitsss obyek wisata tempat selfie, daerah "Y" tak mau kalah menciptakan juga obyek wisata yang sama yaitu tempat selfie. Akhirnya di Majalengka menjamurlah tempat wisata selfie, dengan konsep atau tema ya itu-itu aja.

Sebenarnya sah-sah saja orang mau bikin obyek wisata apapun di daerahnya, sepanjang itu berdampak positif. Tapi alangkah jauh lebih baik destinasi wisata di Majalengka itu beraneka ragam, unik, dan menarik. Sehingga orang luar yang pergi ke Majalengka punya banyak pilihan destinasi, tidak semuanya wisata selfie, tidak semuanya wisata sawah, tidak semuanya wisata kebun, tidak semuanya wisata batu. Apabila di Majalengka destinasi wisatanya beraneka ragam, saya yakin Majalengka akan mempunyai daya tarik tersendiri bagi orang luar sehingga mau berwisata ke Majalengka. Sebaliknya, kalau wisata Majalengka itu-itu saja orang luar akan malas wisata ke Majalengka.

Kenapa dalam beberapa artikel saya tentang pariwisata Majalengka, saya sering berbicara orang luar harus pergi ke Majalengka? Yuk, kita mulai rubah cara berfikir kita tentang pengelolaan obyek wisata di Majalengka, Wisata di Majalengka target pasarnya jangan cuma buat anak muda lokal yang pacaran saja! Mulai sekarang kita harus berfikir bagaimana caranya agar wisata Majalengka itu menarik dimata para wisatawan luar Majalengka (domestik maupun internasional) tentunya berskala besar.

Seperti apa wisatawan luar Majalengka skala besar itu? Begini, misalnya saja sebuah kantor di Jakarta punya karyawan 100 orang, nah.. pada akhir pekan (weekend) karyawan yang 100 orang itu oleh bosnya dibawa jalan-jalan ke Majalengka, keliling Majalengka, jajan di Majalengka, makan di Majalengka. Mari kita bayangkan jika dari 100 orang tersebut rata-rata mengeluarkan uang selama di Majalengka Rp. 500.000 saja, x 100 orang maka akan terjadi perpindahan uang sebesar Rp. 50.000.000 dari Jakarta ke Majalengka melalui rombongan wisata tersebut. Inilah yang dinamakan pariwisata dan ekonomi kreatif mampu menggerakan ekonomi masyarakat lokal.

Kalau kita hanya mengandalkan wisata anak muda lokal yang pacaran, dari segi ekonomi sangat tidak menggiurkan! Berapa coba yang mereka keluarkan? paling parkir Rp 5.000, tiket masuk Rp 10.000 berdua, kelapa muda 1 untuk berdua Rp 15.000 (oh..so.. sweet....), kacang asin Rp 5.000, cowoknya beli rokok 3 batang Rp. 4.000 berapa coba totalnya? paling sekitar Rp 50.000an itupun cuma 1 pasang, kalau yang pacarannya ada 10 pasang paling dapat Rp 500.000 eh... mana ada orang pacaran rombongan 10 pasang? hihihi...

Sekali lagi saya tegaskan, sudah waktunya Majalengka berfikir besar dan bertindak besar untuk mendatangkan wisata dalam skala besar. Dari segi infrastruktur penunjang kita sudah sangat mendukung, seperti Tol dan Bandara, hanya tinggal tindakan nyata kita semua yang lebih semangat lagi. Tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa!

Langkah kongkritnya apa? saya yakin Pemerintah Kabupaten Majalengka dan juga para pegiat wisata Majalengka lebih paham dan lebih berpengalaman daripada saya.

Simak pula tulisan Gelar S. Ramdhani lainnya klik disini
Apakah anda ingin mengetahui profil penulis tulisan ini? klik disini

Komentar

Posting Komentar

Tulisan paling populer

Klasifikasi Maloklusi Angle dan Dewey

Klasifikasi Karies Menurut GV Black

Klasifikasi Karies Menurut ICDAS